Senin, 24 Februari 2014

Taman Nasional Bali Barat

KENDALA, TANTANGAN DAN KEKUATAN

Kendala dan hambatan yang dihadapi dalam rangka pelestarian Jalak Bali meliputi faktor-faktor sebagai berikut:

Kendala
  • Berdasarkan klasifikasi Schmidth dan Ferguson, Taman Nasional Bali Barat mempunyai tipe D dan E dengan curah hujan yang rendah menyebabkan kawasan ini rawan terjadi kebakaran terutama pada musim kemarau.
  • Aksesibilitas yang begitu terbuka baik dari darat maupun lewat perairan, menyulitkan penjagaan untuk mencegah kegiatan perusakan sumber daya alam hayati yang merupakan bagian dari potensi kawasan.
  • Sumberdaya manusia yang terlibat dalam pengelolaan Taman Nasional Bali Barat masih perlu ditingkatkan untuk mampu disatukan visi dan misinya di dalam mendukung pola pengelolaan TNBB yang pada saat ini mulai merintis pola Co- Management.
  • Pada saat ini pendekatan pengaman kawasan TNBB yang menekankan kepada kegiatan patroli kawasan dan penegakan peraturan serta pendekatan sentralistik dalam pengelolaan konservasi dan belum berbasis masyarakat, menyebabkan pengelolaan kawasan konservasi ini menjadi sangat mahal dari segi finansial dan social.
  • Terbatasnya dana untuk pengembangan dan pemeliharaan dan pengamanan potensi kawasan
  • Sosial ekonomi masyarakat di beberapa daerah penyangga masih relatif rendah yang ditandai dari tingkat pendidikan serta ketergantungan pada pemanfaatan sumber daya hutan yang ada, menyebabkan masih rendahnya kesadaran masyarakat terhadap nilai-nilai konservasi.
  • Kawasan hutan Bali Barat yang terdiri dari Taman Nasional Bali Barat, Hutan Produksi dan Hutan Lindung merupakan satu kesatuan ekosistem. Penebangan ilegal tanaman produksi di Hutan Produksi secara signifikan mempengaruhi keseimbangan ekosistem secara keseluruhan, yang akan menyebabkan penurunan kualitas potensi sumber daya alam hayati.
  • Masih lemahnya kesamaan persepsi, interpretasi pola tindak dalam mengimplementasi- kan kaidah-kaidah konservasi dalam pengelolaan Taman Nasional diantara pihak-pihak terkait akibat perbedaan kepentingan.
  • Masih ditemukan kendala dalam rangka padu serasi kepentingan pengembangan pariwisata alam di zona pemanfaatan TNBB dengan kepentingan lainnya.
  • Belum sepenuhnya potensi TNBB diketahui khalayak luas sehingga kegiatan pariwisata alam belum sepenuhnya dapat dikatakan berhasil (kalau indikator keberhasilan dilihat dari banyaknya jumlah kunjungan wisatawan ke TNBB yang relatif lebih sedikit dibandingkan dengan kunjungan wisatawan ke obyek-obyek wisata lainnya di Pulau Bali).

Tantangan

Tantangan yang dihadapi merupakan konsekuensi dari pesatnya pembangunan serta perkembangan / kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. Beberapa hal yang perlu dijaga agar tidak memberikan ekses negatif terhadap pengelolaan TNBB secara keseluruhan :
  • Pengusahaan Pariwisata Alam
    Berkembanganya PPA di Balai Taman Nasional Bali Barat merupakan konsekwensi dari prinsip pengelolaan terutama berkaitan dengan asas pemanfaatan yang lestari. Pengembangan pariwisata alam di dalam zona pemanfaatan harus memenuhi ketentuan yang berlaku yaitu 10% dari luas daerah konsesi pengusahaan pariwisata alam untuk dapat menekan seminimal mungkin dampak dari aktifitas yang dilakukan.
  • Pada saat ini masih terdapat interpretasi yang berbeda mengenai kewenangan pemberian Ijin Pengusahaan Pariwisata Alam (IPPA) sebagai tindak lanjut dari Undang-undang No. 22/1999 dan PP No. 25/1999 dan juga PPA yang dikembangkan di Taman Nasional umumnya yang padat modal. Komunitas masyarakat sekitar kawasan umumnya menjadi kelompok pendukung dan kurang memiliki posisi tawar menawar yang tinggi.
  • Implementasi UU No. 22/1999
    Masa transisi dari semangat sentralisasi menuju desentralisasi belum menemukan bentuknya yang pas di tingkat lapangan. Di era desentralisasi terdapat penyerahan sebagian kewenangan teknis Departemen Kehutanan kepada Pemerintah Daerah. Di dalam UU No. 22/1999 pasal 7 ayat 2 dan PP No. 25/2000 pasal 2 ayat 2 disebutkan bahwa konservasi masih ditangani oleh Pemerintah Pusat, sehubungan dengan hal tersebut maka implementasi pada lingkup UPT Balai TNBB diupayakan melalui padu serasi menghindari terjadinya intervensi kewenangan.
  • Rencana Jembatan Jawa Bali
    Rencana pembangunan jembatan Jawa Bali, walaupun sampai saat ini tidak/belum terealisasi masih harus dipertanyakan apakah hal tersebut terjadi karena kebijakan pemerintah (pusat dan daerah) atau sekadar karena tidak tersedia dana untuk melanjutkan proyek tersebut. Pembangunan jembatan ini jelas akan memberikan dampak yang sangat signifikan terhadap upaya pelestarian Jalak Bali pada khususnya dan konservasi sumber daya alam hayati Taman Nasional Bali Barat.
  • Daerah sekitar TNBB adalah daerah dengan tingkat kemajemukan etnis dan sosial yang tinggi. TNBB dibelah oleh dua jalan utama lintas propinsi dan sangat dekat dengan pelabuhan penyebarangan yang padat. Walaupun secara resmi kawasan TNBB tidak mempunyai daerah kantung (enclave) penduduk, pada kenyataannya kawasan TNBB sejak lama telah memberikan mata pencaharian dan kehidupan bagi penduduk di sekitar kawasan. Selain penduduk asli Bali, tercatat penduduk menetap dari Jawa, Madura dan Bugis mendominasi penduduk sekitar TNBB. Penduduk dari daerah lainpun banyak memanfaatkan sumberdaya dan pelayanan ekologis TNBB.
  • Isu kedaerahan untuk masing-masing etnis dan agama masih cukup tinggi. Banyak organisasi-organisasi yang berdiri dengan etnisitas dan agama sebagai latar belakangnya. Walaupun belum pernah ada konflik muncul ke permukaan, pergesekan-pergesekan sosial di daerah ini menjadi perhatian utama sebagai tantangan pengelolaan TNBB. Terutama karena masing-masing kelompok etnis mempunyai pendekatan yang berbeda-beda dalam menilai dan menghargai sumberdaya alam dan pelayanan ekologis dari kawasan TNBB.
  • Keterbatasan sumberdaya TNBB di dalam menangani permasalahan salah satunya karena banyak permasalahan di TNBB terjadi di luar fokus utama pengelolaan TNBB. TNBB dibentuk untuk melindungi habitat burung Jalak Bali sehingga sumberdaya manusia dan lainnya yang tersedia dipusatkan untuk pengelolaan dan pengamanan Jalak Bali dan habitatnya.

Kekuatan

Sungguhpun kelihatannya cukup sulit didalam mengelola kawasan TNBB masih terdapat beberapa hal yang cukup memberikan harapan antara lain:
  • Jumlah Pegawai BTNBB pada saat ini 131 orang yang kesemuanya dapat diberdayakan sebagai kekuatan TNBB di dalam mengelola kawasan.
  • Masih banyaknya pihak-pihak yang berkepentingan ( stakeholders) yang menaruh perhatian yang sangat besar terhadap kelestarian TNBB yang terus menerus memberikan dorongan, koreksi, maupun kritikan terhadap pengelolaan TNBB.
  • Dukungan pemerintah pusat terhadap pengelolaan TNBB yang berkesinambungan masih cukup kuat.
  • Potensi kawasan TNBB terutama perairan yang diindikasikan dengan 80% tujuan kunjungan wisatawan ke TNBB adalah dengan tujuan wisata bahari terutama di perairan Pulau Menjangan, menjadikan kawasan perairan Pulau Menjangan dapat dijadikan ”Tambang Uang” untuk menggali Dana Konservasi yang sangat diperlukan di dalam pengelolaan kawasan baik darat maupun perairan.
  • Masih terjalin harmonisnya jalur komunikasi, koordinasi, antara pengelola TNBB dengan pemerintahan setempat di dalam menyikapi segala permasalahan yang timbul sebagai akibat berhimpitnya ” daerah kewenangan ” pengelola TNBB maupun pemerintah setempat, yang dimungkinkan untuk suatu saat nanti kerjasama ini ” dilegalkan ” dalam bentuk pengelolaan bersama yang akan menguntungkan semua pihak.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar